Mitologi Masyarakat Eropa Utara Tts

Mitologi Masyarakat Eropa Utara Tts

Penelusuran Kompas.com

Karakter Labubu diciptakan oleh seniman Kasing Lung pada 2015. Dalam wawancara dengan Hypebeast pada 2017, Lung mengungkapkan inspirasi di balik penciptaan Labubu.

Lung menuturkan bahwa semasa kecil, keluarganya pindah ke Belanda. Pindah ke Belanda membuat Lung kecil akrab dengan dongeng dan mitologi Eropa.

"Sewaktu saya masih kecil, saya senang membaca buku cerita dan terpengaruh oleh legenda elf Eropa kuno," kata Lung, yang lahir di Hong Kong pada 1972.

Lung mengatakan, ia tidak memiliki konsol gim atau komputer semasa kecil. Satu-satunya hiburannya adalah menggambar boneka.

"Jadi, saya punya ide menggambar karakter dongeng sejak saya masih kecil," tuturnya.

Lung mengungkapkan, Labubu merupakan salah satu karakter favoritnya. Ia menyebut Labubu sebagai karakter yang baik sekaligus jahat.

"Meskipun Labubu terlihat jahat dan licik, dia sebenarnya baik hati," ujar Lung.

Dikutip dari PBS, Taotie adalah monster dari mitologi China. Narasi tertulis tentang Taotie mulai muncul sekitar abad ke-4 SM.

Cerita tentang Taotie dimulai dari tradisi Zuo atau komentar Zuo, yang juga merupakan karya narasi lengkap pertama dalam literatur China.

Menurut cerita, pada masa lampau, lahir seorang anak keempat yang jahat dan rakus dari klan Jinyun. Anak tersebut tidak pernah memiliki rasa puas.

Ia menimbun makanan, menolak untuk berbagi bahkan dengan mereka yang paling membutuhkan. Anak tersebut dipanggil Taotie.

Dilansir Bangkok Post, Labubu adalah bagian dari "The Monsters", sekumpulan karakter yang diciptakan oleh Lung. Karakter The Monsters lainnya yaitu, Zimomo, Tycoco, dan Spooky.

Labubu digambarkan sebagai monster yang tersenyum lebar dengan telinga runcing serta gigi tajam. Penampilan Labubu mengesankan bahwa ia adalah karakter yang jahat.

Namun dalam cerita Lung, Labubu sebenarnya adalah karakter yang baik hati yang selalu ingin membantu, tetapi tidak sengaja melakukan hal-hal buruk.

Pada 2019, Lung menandatangani perjanjian lisensi eksklusif dengan Pop Mart, untuk memproduksi dan mendistribusikan mainan berdasarkan karakter The Monsters.

Dilansir Kompas.id, tren boneka labubu di Indonesia berlangsung sejak akhir Juli 2024. Boneka tersebut juga menjadi barang populer di China, Thailand, Vietnam, dan Singapura.

Naiknya popularitas Labubu diduga terjadi setelah sejumlah personel grup vokal perempuan Korea Selatan, Blackpink, memamerkan boneka karakter tersebut di media sosial.

Narasi yang menyatakan bahwa Labubu terinspirasi dari mitologi China, yaitu monster Taotie merupakan informasi yang keliru dan perlu diluruskan informasinya.

Dalam mitologi China, Taotie merupakan karakter iblis yang menyimbolkan keserakahan. Taotie memakan apa saja yang ditemui, termasuk manusia. Bahkan Taotie memakan tubuhnya sendiri.

Namun, Kasing Lung sebagai pencipta Labubu mengatakan bahwa inspirasinya atas karakter Labubu didapatkan dari mitologi Eropa kuno.

sumedangekspres – Mitologi Nordik merupakan kepercayaan masyarakat Eropa Utara (negara Denmark, Norwegia, Islandia, dan Swedia) sebelum kedatangan agama Kristen. Kepercayaan dan legenda ini menyebar ke negara-negara Eropa Utara lain, termasuk Islandia yang memiliki sumber-sumber mitologi tersebut.

Mitologi tersebut merupakan kumpulan dari kepercayaan kuno orang-orang Eropa Utara yang berisi kisah-kisah tentang makhluk supernatural, kosmologi, dan mitos-mitos lainnya yang ditulis berbentuk puisi atau prosa dan terangkum dalam Edda. Mitologi tersebut ditulis sebelum dan setelah kedatangan agama Kristen di Eropa Utara.

Dalam cerita rakyat Skandinavia, mitologi tersebut masih bertahan, dan di daerah pedesaan, tradisi kuno tersebut masih tampak sampai sekarang. Mitologi tersebut juga memberi pengaruh dan inspirasi dalam kesusastraan zaman sekarang.

Baca Juga:HP OPPO Reno8 T 5G Keluaran Terbaru Maret 2023Tekan Stunting Dengan Dapur Sehat

Menurut mitologi Nordik, Ada tiga golongan makhluk yang lebih berkuasa daripada manusia, yaitu: Æsir, Vanir, dan Jotun. Æsir dan Vanir merupakan golongan yang sangat dekat, karena merupakan golongan para Dewa. Æsir dan Vanir bersama-sama menciptakan alam semesta, mengatur kehidupan manusia, meskipun mereka pernah bertarung dengan sesama.

Musuh para Æsir dan Vanir adalah para Jotun atau raksasa (bahasa Inggris kuno: Eontenas atau Entas). Mereka mirip dengan para Titan dan Gigantes dalam mitologi Yunani. Kata Jotun sering diterjemahkan sebagai raksasa, meskipun kata Troll atau setan lebih cocok.

Para Jotun atau raksasa tidak selamanya jahat. Æsir sebagai golongan para Dewa berselisih dengan Jotun, meskipun para Dewa dan Jotun pernah menjalin hubungan dan saling menikah, seperti Thor menikah dengan Járnsaxa; Odin bersaudara dengan Loki; Hel (setengah Dewi setengah raksasa) bersaudara dengan Loki.

Dalam mitologi, Jotun wanita biasanya tidak jahat (seperti dalam kisah, Grid membantu Thor) dan menikahi golongan Dewa (seperti dalam kisah, Thor menikahi Járnsaxa).

Selain Dewa dan raksasa, mitologi Nordik juga menyebutkan adanya monster seperti Jörmungandr (Si ular laut) dan Fenrir (srigala raksasa) yang dapat ditemukan di sekitar Midgard. Dua monster tersebut dikatakan sebagai anak buah Loki, dewa pencari masalah, seorang keturunan Jotun.

Naga selalu identik dengan makhluk mitologis yang punya kemampuan ajaib bagi orang Asia. Di Eropa, justru digambarkan sebagai makhluk yang keji.

Nationalgeographic.co.id—Bagi masyarakat Eropa, naga adalah makhluk mitologi yang kerap digambarkan sebagai reptil terbang. Mereka dapat yang mengeluarkan api dari dalam mulut. Sifatnya selalu digambarkan keji, suka membakar perkampungan, dan membunuh banyak orang.

Oleh karena itu, ada banyak kisah legenda dari Eropa tentang menaklukkan naga. Kalau perlu, naga harus diburu dan punah, demi melindungi peradaban.

Kita bisa melihatnya di kisah populer How to Train Your Dragon produksi DreamWorks Animation. Naga sering datang ke pemukiman Nordik yang harus dijinakkan atau dimusnahkan.

The Hobbit dan Lord of the Rings karya J.R.R Tolkien juga menggambarkan betapa kejinya naga bernama Smaug dan Balrog. Supaya rombongan Gandalf di kedua film selamat, dua naga ini harus dimatikan. Di The Hobbit, Smaug tewas ditembak panah sakti seorang manusia bernama Bard, sedangkan di Lord of the Rings Balrog tewas dibunuh Gandalf sendiri.

Di sisi lain, naga justru dianggap sebagai mitologi yang penting di Asia. Mereka muncul di beberapa perayaan nasional, terutama di negara Asia Timur. Bahkan, orang Tionghoa menjadikan naga sebagai pelindung dan sebagai bagian dari zodiaknya. Naga pun kerap muncul di berbagai bagian bangunan suci, pemerintahan, bahkan di rumah penduduk.

Dalam cerita Asia, berbeda. Misalnya di Avatar: the Legend of Aang, naga bernama Fang digambarkan selalu setia menemani Avatar Roku. Naga di serial ini bahkan memperkenalkan bangsa api untuk bisa mengendalikan elemen api dengan baik.

Bagi masyarakat Asia, terutama kalangan Tionghoa, naga adalah makhluk ajaib yang membawa berkah, seperti perubahan cuaca dan memanggil hujan. Berbeda dengan mitologi Eropa, naga di Asia punya emosi. Setiap ada fenomena alam yang aneh, orang-orang berdoa padanya sebagai perwakilan atau kendaraan para dewa.

Selain itu, mitologi naga di Asia dan Eropa dari segi bentuk memiliki perbedaan mencolok. Naga di Asia berupa ular yang bisa terbang tetapi tidak bersayap. Naga bisa terbang menembus awan secara ajaib, menjadi tunggangan dewa-dewa.

David Demaret/Wikimedia Commons

Smaug, naga mitologis yang dikarang oleh J.R.R Tolkien di dalam cerita The Hobbit. Naga di Eropa digambarkan jahat dan menembakkan api.

Walau tidak punya sayap, fitur tubuh mereka campur aduk dengan hewan-hewan biasa yang dikenal. Misal, naga dengan tanduk menyerupai rusa, atau kepalanya seperti unta, matanya seperti setan, kulitnya bersisik bagai ikan emas, ujung kakinya berupa cakar yang dimiliki elang, telinganya seperti telinga lembu, atau kakinya seperti milik harimau.

Di Eropa, naga seperti kadal besar bersayap. Mereka dianggap sudah lama tinggal di Bumi dan penjelmaan dari sisi dunia yang gelap. Punggung mereka sering digambarkan punya duri atau tonjolan seperti milik Stegosaurus.

Mitologi Asia justru sebaliknya. Naga dalam kepercayaan Asia Tenggara bisa berupa utusan para dewa atau pengiring dewa. Sedangkan di Tiongkok, sebagai makhluk yang diusir dari surga sebagai hukuman.

Beberapa legenda yang berhubungan dengan makhluk mitologi naga di Asia memang punya cerita permusuhan dengan manusia. Akan tetapi, konfliknya disebabkan oleh kesalahan manusia dan punya nilai moral.

Misalnya dalam legenda Naga Besukih yang menjadi mitos asal-usul Pulau Bali. Naga Besukih berbaik hati memberikan hartanya kepada Manik Angkeran dengan syarat yang harus dipenuhinya.

Namun, Manik Angkeran justru menebas ekor sang naga, membuatnya marah. Naga Besukih menjilat kakinya hingga akhirnya Manik Angkeran tewas.

Baca Juga: Pengaruh Mitos Kuno pada Penurunan Populasi Harimau di Zaman Modern

Baca Juga: Mitos Khasiat Gigi Naga yang Mendatangkan Petaka di Tiongkok

Baca Juga: Mengapa Simbol Naga Begitu Dihormati dalam Mitologi Tiongkok Kuno?

Baca Juga: Prasasti Tertua Dewa Odin Ditemukan di Timbunan Harta Karun di Denmark

Lalu, Sidi Mantra selaku ayah Manik Angkeran memohon agar anaknya dihidupkan kembali. Lagi-lagi, sang naga punya kemampuan ajaib untuk menghidupkannya--berbeda dengan naga Eropa yang cenderung merusak.

Kehadiran naga adalah untuk membantu kemakmuran masyarakat di Bumi, menurut kebudayaan Asia. Tentunya, mitologi seperti ini berbanding terbalik dengan naga di Eropa yang selalu identik menghancurkan pasukan, perkampungan, dan penyembur api mematikan.

Perbedaan lainnya adalah naga di Asia cenderung berwatak penyendiri dan berhubungan dengan air. Beberapa legenda Asia, termasuk di Indonesia, seseorang harus bertemu dengan naga dan bahkan meminta kebijakannya supaya jadi sakti. Senjata di Asia, termasuk keris, bahkan menjadi tempat bersemayamnya kekuatan naga untuk melindungi pemiliknya dalam ancaman.

Sedangkan naga dalam mitologi Eropa, naga tinggal di sarang dan berkoloni di pegunungan tinggi. Mereka akan menyerang manusia jika merasa terganggu.

Kehidupan Para Helot, Budak Bangsa Sparta pada Zaman Yunani Kuno

‫العربية Deutsch English Español Français Italiano 日本語 한국어 Bahasa Melayu Nederlands Polski Português Русский Türkçe 中文 Afrikaans Azərbaycanca Беларуская Български বাংলা Bosanski Català Čeština Dansk Ελληνικά Eesti Euskara پارسی Suomi Galego ગુજરાતી עברית पैरिस Hrvatski Kreyol ayisyen Magyar Հայերեն Bahasa Indonesia íslenska ქართული ಕನ್ನಡ Lietuvių Latviešu Македонски Монгол Norsk ਪੰਜਾਬੀ Română Slovenčina Slovenščina Shqip Српски Svenska Kiswahili தமிழ் ภาษาไทย Tagalog Українська اردو Tiếng Việt

The Graubelle Man ditemukan di rawa Denmark pada tahun 1952 dan diyakini sebagai korban pengorbanan. Rambutnya yang diawetkan menunjukkan bagaimana sphagnan di lumut dapat berubah warna menjadi merah.

Nationalgeographic.co.id—Rawa gambut menjadi bagian terpenting dari proses penelusuran sejarah perkembangan manusia.

"Artefak yang terkubur di bawah rawa—termasuk tubuh manusia—dapat disimpan dalam kondisi sangat baik selama ratusan, bahkan ribuan tahun," tulis Mark Mancini kepada How Stuff Works dalam sebuah artikel berjudul Peat Bogs Are Freakishly Good at Preserving Human Remains yang terbit pada 16 Februari 2021.

Banyak orang meninggal di rawa-rawa ini atau ditempatkan di sana setelah kematian mereka. Dan tubuh-tubuh rawa ini, sebagaimana mereka dikenal, telah ditemukan di seluruh dunia.

Banyak mumi rawa yang masih sebagian atau seluruh kulit aslinya masih utuh. Seperti halnya The Tollund Man, mayat berusia 2.300 tahun yang ditemukan dari rawa gambut Denmark pada tahun 1950.

"Ia memiliki kerangka tangan, tetapi di tempat lain kulitnya sangat terawat sehingga detail-detail kecil seperti kerutan di dahinya juga masih terlihat," tambahnya.

Meskipun kulitnya masih utuh, kondisi mayatnya mengalami perubahan bentuk dan tekstur. Mancini menyebut, "meskipun kulit Manusia Tollund tidak membusuk, proses mumifikasi memang mengubah penampilan dan teksturnya."

"Seperti Pria Cashel, Wanita Haraldskjaer dan banyak tubuh mumi yang ditemukan di rawa lainnya di Eropa Utara, dia memiliki kulit yang cukup cokelat," imbuhnya lagi.

National Museum of Denmark

Penemuan mumi rawa, Neder Frederiksmose di wilayah Viborg, Denmark, saat tergeletak di rawa gambut. Temuan itu berasal dari Periode Abad Pertengahan Awal.

Mumi rawa sering kali memiliki kulit yang kasar dan berwarna coklat tua. Beberapa dari mereka juga telah mengawetkan rambutnya dan berubah warnanya menjadi warna merah saat ditemukan.

Menurut Mark Mancini, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh sphagnan, polimer yang baru ditemukan yang merembes keluar dari sphagnum moss yang mati.

Kulit dibuat melalui proses yang memperkuat ikatan antara beberapa serat alami pada kulit hewan. Sebagai zat penyamak , sphagnan memiliki efek yang sama pada kulit manusia, menjadikannya keras dan berwarna seperti teh.

Mosegaard-Museum Denmark

Lelaki Grauballe adalah mumi rawa yang ditemukan pada 1952 dari rawa gambut dekat desa Grauballe di Jutland, Denmark. Tubuh pria ini berasal dari akhir abad ke-3 SM, pada awal Zaman Besi Jerman.

Sphagnan juga mengikat nitrogen, yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup. Jadi dengan menghilangkan nitrogen dari lingkungan, sphagnan membantu mencegah penyebaran mikroorganisme yang biasanya menghancurkan sisa-sisa manusia dan hewan.

Dan selanjutnya, sphagnan—bersama dengan asam yang berubah menjadi—menarik kalsium keluar dari mayat.

Tulang menjadi lemah dalam prosesnya. Meskipun sphagnan melakukan pekerjaan yang baik untuk mengawetkan kulit, pencurian kalsiumnya tidak bagus untuk mengawetkan kerangka tulangnya.

Mumi-mumi yang telah ditemukan di rawa-rawa di kawasan Eropa Utara dengan tulang lunak dan ekstra tipis yang kira-kira sekuat karton, telah terdistorsi oleh gambut berat.

Tragedi Dosa Kesombongan Antigone dan Polynices dalam Mitologi Yunani

Sistem kami menemukan 25 jawaban untuk pertanyaan TTS inggris raya. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di Kompas, Jawa Pos dll. Kami memiliki database lebih dari 156 ribu. Masukkan jumlah kata dan atau huruf yang sudah diketahui untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Gunakan tanda tanya ? untuk huruf yang tidak diketahui. Contoh J?W?B

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.

KOMPAS.com - Karakter Labubu, yang bonekanya tengah menjadi tren, disebut terinspirasi monster Taotie yang berasal dari mitologi China.

Narasi yang beredar tersebut keliru dan perlu diluruskan informasinya.

Menurut Kasing Lung yang merupakan desainer dan seniman pencipta karakter Labubu, inspirasinya bukan dari mitologi China melainkan Eropa.

Beberapa narasi di Facebook, misalnya ini, ini, dan ini, mengatakan bahwa Taotie adalah monster yang melambangkan keserakahan. Ia memakan apa pun, termasuk tubuhnya sendiri.

Berikut kutipan narasi yang beredar di Facebook:

Teori fenomena mengerikan tentang boneka labubu ini saya rangkum secara singkat dari berbagai sumber.

Pertama, kreator labubu atau yang juga disebut boneka demon (iblis) ini berasal dari Hong Kong bernama Kasing Lung, yang terinspirasi kemungkinan besar dari monster yang bernama taotie.

Dalam cerita mitologi Tiongkok, Taotie adalah monster yang suka makan apa saja termasuk makan manusia.

Bahkan dia memakan tubuhnya sendiri, karena itu Taotie digambarkan hanya dengan mulut yang besar dan kepala yang besar.

Taotie juga dianggap sebagai simbol keserakahan dan kerakusan.