Hukum Top Up Dalam Islam

Hukum Top Up Dalam Islam

Muhammad Mundir, NIM.: 15380031 (2022) TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBELIAN TOP UP DIAMOND PADA GAME ONLINE MOBILE LEGENDS PADA ANAK DI KELURAHAN REJOWINANGUN KOTAGEDE YOGYAKARTA. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.

Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian lapangan tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembelian Top Up Diamond Pada Game online Mobile Legends Pada Anak Di Kelurahan Rejowinangun Kotagede Yogyakarta. Maraknya pembelian top up Diamond pada game online Mobile Legends di kelurahan Rejowinangun Yogyakarta menarik untuk dikaji. Latar belakang penelitian Ini Belum adanya hukum tertulis yang secara tegas melarang pembelian Diamond pada anak dengan nilai yang tinggi dan tidak ada batasan – batasan untuk mencegah maraknya pembelian Diamond. Pokok masalah dalam skripsi ini berusaha menjawab pertanyaan bagaimana tinjauan hukum Islam tentang pembelian top up Diamond dan faktor-faktor penyebab maraknya tentang pembelian top up Diamond selanjutnya dalam penelitian ini penulis menggunakan teori hukum Islam, fiqh muamalat jual beli, dan sosiologi hukum Islam sebagai pendukung. Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis kualitatif yang bersifat membangun, mengembangkan, dan menemukan teori-teori sosial sebagai pendukung. Selanjutnya peneliti ini menggunakan penelitian hukum empiris metode penelitian yang meninjau fungsi dari suatu hukum atau aturan dalam hal penerapannya di ruang lingkup masyarakat. Metode penelitian ini disebut juga dengan penelitian hukum sosiologis, hal ini disebabkan metode dalam penelitian ini juga dilakukan penelitian berkaitan dengan orang dalam menjalani suatu hubungan dalam kehidupan yang berkaitan dengan orang lainnya atau masyarakat.. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa analisa hukum Islamnya akad jual beli top up Diamond, pandangan hukum islam, objek jual beli top up Diamond tidak sah apabila anak melakukan pembelian yang nilainya tinggi serta hendaknya atas seijin walinya . Selanjutnya faktor penyebab maraknya pembelian top up Diamond karenakan faktor belum adanya hukum tertulis yang tegas melarang, diikuti dengan penegak hukumnya juga, serta sarana fasilitas yang mendukung, faktor masyarakat dan kebudayaan (kebiasaan) masyarakat, tingginya minat game juga yang menjadi faktor faktor penyebab maraknya pembelian top up Diamond Dengan adanya mucul fenomena yang terjadi di masyarakat dibutuhkan peran masyarakat, orang tua, dan tenaga pendidik (sekolah).

Share this knowledge with your friends :

Hukum Perlombaan Dengan Taruhan

Untuk lomba-lomba yang dibolehkan untuk diperlombakan, bolehkan ada taruhan? Sebelum membahas hukum perlombaan dengan taruhan dalam islam, maka perlu kita rinci mengenai jenis-jenis hadiah lomba. Hadiah lomba ditinjau dari penyedianya ada tiga macam:

1. Yang menyediakan hadiah adalah salah satu peserta lomba.

Semisal Fulan dan Alan berlomba. Maka Fulan mengatakan: “Kalau kamu bisa mengalahkan saya maka silakan ambil uang saya 100 dinar”. Maka ini hukumnya boleh dan hadiahnya halal.

Dijelaskan dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah (24/128):

إِذَا كَانَتِ الْمُسَابَقَةُ بَيْنَ اثْنَيْنِ أَوْ بَيْنَ فَرِيقَيْنِ أَخْرَجَ الْعِوَضَ أَحَدُ الْجَانِبَيْنِ الْمُتَسَابِقَيْنِ كَأَنْ يَقُول أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: إِنْ سَبَقْتَنِي فَلَكَ عَلَيَّ كَذَا، وَإِنْ سَبَقْتُكَ فَلاَ شَيْءَ لِي عَلَيْكَ. وَلاَ خِلاَفَ بَيْنَ الْفُقَهَاءِ فِي جَوَازِ هَذَا

“Jika perlombaan dilakukan antara dua orang atau dua kelompok. Lalu salah satu peserta menyediakan hadiah, semisalnya ia mengatakan: “Jika engkau bisa mengalahkan saya, maka engkau bisa mendapatkan barang saya ini, kalau saya yang menang maka saya tidak mengambil apa-apa darimu”. Maka tidak ada khilaf di antara ulama bahwa ini dibolehkan”.

2. Yang menyediakan hadiah adalah penguasa atau orang lain di luar peserta lomba.

Semisal lomba yang diadakan pemerintah atau diadakan oleh perusahaan dan hadiah dari perusahaan, maka hukumnya boleh dan hadiahnya halal.

Dijelaskan dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah (24/128):

أَنْ يَكُونَ الْعِوَضُ مِنَ الإِْمَامِ أَوْ غَيْرِهِ مِنَ الرَّعِيَّةِ، وَهَذَا جَائِزٌ لاَ خِلاَفَ فِيهِ، سَوَاءٌ كَانَ مِنْ مَالِهِ أَوْ مِنْ بَيْتِ الْمَال؛ لانَّ فِي ذَلِكَ مَصْلَحَةً وَحَثًّا عَلَى تَعَلُّمِ الْجِهَادِ وَنَفْعًا لِلْمُسْلِمِينَ

“Jika hadiah disediakan oleh pemerintah atau dari masyarakat (yang tidak ikut lomba), maka ini dibolehkan tanpa ada khilaf di dalamnya. Baik dari harta pribadi penguasa atau dari Baitul Mal. Karena di dalamnya terdapat maslahah berupa motivasi bagi masyarakat untuk mempelajari berbagai ketangkasan untuk berjihad dan juga bisa bermanfaat bagi kaum Muslimin”.

3. Yang menyediakan hadiah adalah para peserta lomba.

Maka ini merupakan rihan atau murahanah (taruhan). Namun ulama khilaf apakah dibolehkan bagi lomba-lomba yang disyariatkan untuk dilakukan dengan taruhan dalam tiga pendapat:

Namun hadits ini derajatnya lemah. Dijelaskan kelemahannya oleh Al Bazzar (Musnad Al Bazzar, 14/229), Ibnu Adi (Al Kamil fid Du’afa, 4/416), Ibnu Taimiyah (Bayanud Dalil, 83), dan Ibnul Qayyim (Al Furusiyyah, 212).

Wallahu ta’ala a’lam pendapat yang rajih dalam pandangan kami adalah pendapat kedua. Karena dalam hadits disebutkan:

لا سبَقَ إلا في نَصلٍ أو خفٍّ أو حافرٍ

“Tidak boleh ada lomba (berhadiah), kecuali lomba memanah, berkuda, atau menunggang unta”

Hadits ini menggunakan lafadz “laa sabaqa”. Sedangkan makna as sabaq secara bahasa adalah:

ما يجعل من المال رَهْناً على المُسابَقةِ

“Yang dipertaruhkan dalam perlombaan.” (Lisaanul ‘Arab).

Maka zhahir hadits ini menunjukkan bolehnya taruhan dalam tiga lomba yang disebutkan dalam hadits. Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan:

لا يجوز الرهان إلا في مسائل ثلاث: في الخيل والإبل والمسابقة على الرمي، لقوله -صلى الله عليه وسلم-: “لا سبق إلا في نصل أو خف أو حافر”. هذا يجوز له المراهنة بالمال، يعني جعل مال لمن سبق بالرمي من أصاب الهدف أول، أو بالخيل أو بالإبل، من سبق يكون له كذا وكذا، هذا فعله النبي -صلى الله عليه وسلم- سابق بين الخيل وأعطى السبق

“Tidak diperbolehkan taruhan kecuali pada tiga lomba: balap kuda, balap unta dan memanah. Berdasarkan hadits Nabi shallallahu’alaihi wasallam: ‘Tidak boleh ada lomba, kecuali lomba memanah, berkuda, atau menunggang unta’. Untuk lomba-lomba ini dibolehkan taruhan dengan harta. Yaitu ju’alah berupa harta bagi orang yang paling tepat sasaran ketika memanah atau paling awal sampai ketika balap kuda atau unta. Yang menang mendapatkan ini dan itu. Ini dilakukan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dalam lomba balap kuda, dan beliau memberikan hadiah.” (Sumber: https://binbaz.org.sa/old/28957).

Pendapat ini juga yang dikuatkan oleh Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta’ dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.

Ini jika lomba yang diperlombakan termasuk lomba yang diizinkan oleh syariat sebagaimana telah dijelaskan. Jika lomba yang diperlombakan tidak termasuk lomba yang diizikan oleh syariat dan terdapat taruhan di sana maka hukumnya terlarang karena dua hal:

Allah Ta’ala berfirman melarang qimar dalam firman-Nya:

إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” (QS. Al Maidah: 90).

Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan:

أما المسابقة بالأقدام أو بالمطارحة أو ما أشبه ذلك، هذا ما يجوز هذا يسمى قمار, ما يجوز, وكذلك لو جعل –مثلاً- من أصاب رقم كذا أو كذا يعطى سيارة أو يعطى كذا أو يعطى كذا، على أن يقدم كل واحد عشرين ريال أو خمسين ريال أو مئة ريال يقيد عندهم فمن أصاب الرقم الفلاني أخذ السيارة أو أخذ شيء آخر من المال هذا من القمار ما يجوز هذا

“Adapun (taruhan pada) perlombaan balap jalan atau lemparan atau semisalnya (yang tidak diizinkan syariat) ini tidak diperbolehkan. Inilah yang disebut qimar. Tidak diperbolehkan. Demikian juga misalnya orang yang membayar 20 riyal atau 50 riyal atau 100 riyal lalu mendapat kupon dan nomor kupon tertentu akan mendapatkan mobil atau hadiah yang lain, ini adalah qimar (judi) dan tidak diperbolehkan” (Sumber: https://binbaz.org.sa/old/28957).

Demikian, semoga bermanfaat bahasan hukum perlombaan dalam islam yang ringkas ini. Wabillahi at taufiq was sadaad.

Baca Juga: Judi dalam Kuis SMS Berhadiah

Penulis: Yulian Purnama

Artikel: Muslim.or.id

Hukum Lomba Dengan Hadiah

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لا سبَقَ إلا في نَصلٍ أو خفٍّ أو حافرٍ

“Tidak boleh ada perlombaan berhadiah, kecuali lomba memanah, berkuda, atau menunggang unta” (HR. Tirmidzi no. 1700, Abu Daud no. 2574, Ibnu Hibban no. 4690, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Ibnu ‘Abidin rahimahullah mengatakan:

لَا تَجُوزُ الْمُسَابَقَةُ بِعِوَضٍ إلَّا فِي هَذِهِ الْأَجْنَاسِ الثَّلَاثَةِ

“Maksudnya, tidak diperbolehkan lomba dengan hadiah kecuali dalam tiga jenis lomba yang disebutkan” (Ad Durr Al Mukhtar, 6/402).

Dari hadits ini, ulama sepakat bahwa lomba yang disebutkan dalam hadits maka hukumnya jika ada hadiahnya. Disebutkan dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyah:

إِنْ كَانَتِ الْمُسَابَقَةُ بِجَائِزَةٍ فَقَدِ اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى مَشْرُوعِيَّتِهَا فِي الْخَيْل، وَالإبِل، وَالسَّهْمِ

“Jika lombanya berhadiah maka ulama sepakat ini disyariatkan dalam lomba berkuda, balap unta, dan memanah.” (Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyah , 15/80).

Adapun untuk selain lomba yang disebutkan dalam hadits, jumhur ulama mengatakan tidak diperbolehkan. Disebutkan dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyah:

فَذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى أَنَّهُ لاَ يَجُوزُ السِّبَاقُ بِعِوَضٍ إِلاَّ فِي النَّصْل وَالْخُفِّ وَالْحَافِرِ، وَبِهَذَا قَال الزُّهْرِيُّ

“Jumhur fuqaha berpendapat bahwa tidak diperbolehkan perlombaan dengan hadiah kecuali lomba menanah, berkuda dan balap unta. Ini juga pendapat dari Az Zuhri.” (Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyah , 24/126).

Dan semua lomba yang bermanfaat untuk membantu jihad fi sabilillah, maka diqiyaskan dengan tiga lomba tersebut, sehingga dibolehkan mengambil hadiah dari lombanya. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan: “Lomba yang berhadiah hukumnya haram kecuali yang diizinkan oleh syariat. Yaitu yang dijelaskan oleh sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam:

لا سبَقَ إلا في نَصلٍ أو خفٍّ أو حافرٍ

“Tidak boleh ada lomba (berhadiah), kecuali lomba memanah, berkuda, atau menunggang unta.”

Maksudnya, tidak boleh ada iwadh (hadiah) pada lomba kecuali pada tiga hal ini. Adapun nashl, maksudnya adalah memanah. Dan khiff maksudnya adalah balap unta. Dan hafir artinya balap kuda. Dibolehkannya hadiah pada tiga lomba tersebut karena mereka merupakan hal yang membantu untuk berjihad fi sabilillah. Oleh karena itu kami katakan, semua perlombaan yang membantu untuk berjihad, baik berupa lomba menunggang hewan atau semisalnya, hukumnya boleh. Qiyas kepada unta, kuda dan memanah. Dan sebagian ulama juga memasukkan dalam hal ini perlombaan dalam ilmu syar’i, karena menuntut ilmu syar’i juga merupakan jihad fii sabilillah. Oleh karena itu perlombaan ilmu-ilmu syar’i dibolehkan dengan hadiah. Diantara yang memilih pendapat ini adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah” (https://www.youtube.com/watch?v=7xWSOcOWkXw)

Dengan demikian lomba yang diperbolehkan untuk mengambil hadiah adalah:

Adapun yang tidak termasuk dua kategori ini maka tidak boleh ada hadiah dalam perlombaan. Itulah hukum perlombaan dengan hadiah dalam islam.

Baca Juga: Melecut Semangat Untuk Menuntut Ilmu Syar’i dan Beramal Shalih

Actions (login required)

%PDF-1.7 %âãÏÓ 366 0 obj <> endobj 381 0 obj <>/Filter/FlateDecode/ID[<54A8351F199E364288426E5F4D557120>]/Index[366 28]/Info 365 0 R/Length 79/Prev 905166/Root 367 0 R/Size 394/Type/XRef/W[1 2 1]>>stream hŞbbd``b`6Ó€SˆûD耈D Ábı—@ÄD�Øi aµÄm ]³€„”##H#iĆòo Ç_ # endstream endobj startxref 0 %%EOF 393 0 obj <>stream hŞb```¢:vq!Š±1Ç%%�ˆùu‡® Ú8T7äD5´¥:�g—p¸`'Àõ�)ç@«‚:§&P™k¨‹KäÔĞ™@öYí„´©Œ½nˆ¬m„’Ksxí-Hg_º.šÙdm㬰@uéKW§4[4ʺ!yP7š�½ƒ¡¢LÀ yƒIEGP.f3 •*:ˆth3p}vÒ¼@,`lb ’µŒ«ï3^a¬f`âgò´Pcü×!Á´ğeЯD&+†PåãûYşBŒ0bàİğH330HÃÃÌœ�÷Ü/�y@| À °Ÿ]p endstream endobj 367 0 obj <>/Metadata 53 0 R/Pages 364 0 R/StructTreeRoot 87 0 R/Type/Catalog/ViewerPreferences 382 0 R>> endobj 368 0 obj <>/MediaBox[0 0 596.04 843]/Parent 364 0 R/Resources<>/Font<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageC]/XObject<>>>/Rotate 0/StructParents 0/Tabs/S/Type/Page>> endobj 369 0 obj <>stream hŞÄ”mkÛ0€ÿŠ¾�¢wK†Èë6hËhÂ:(ı ¦"58v°İ­ı÷»“­ØI—.ôË0âκ;éÎ÷œ¥„i%„"‰¡‰€i"µiˆf¤%F L gRF8טrÂ¥�ƒRA¸…£>¦³¬ŞåîuV®WY“{ÒTÏ~4ÃäŠ^—ÕÖåt:&œ®^w�Î_š/ËÆ5�®áÁm\¯}Ñ£ÿÚÜf�ÍÑ‚Ó©Û}õÙæ©5Í|ëv!àe‘»MM¤ ‹²h&“òåîBC�h#\(†÷Á¸Èr/ˆ4)Tv®İÖÓÉt6ŸÏ?M]�=TYØ¿mïRŒÑo ì¯ÇŪaôʽ´Iq£$]6~ûòkËÁ@̬ÊvMYÑŸ]Â�Çht'D·¾÷hfÎY÷ø1]íñ¶ãÔçź|ÌŠ ½ÍŠqQgû÷EVÕÍôÉUñ;õy ğ{\ºÎEº|~h°¤´/Ô¶/�†òëÀD ›fSŞ7M 3hZbÌ i<ùkÓ€:´ÁÈû¾E«lëëkÿû¦ÜºâûòbRæ�W«a«Ì›V]z‡µC&}×\ÒuM�Õ5}ª[­%Ú5;\ı#¥<ˆ3B�$1-áœcÃÂ)ÃxÔÑ–*üÂ;øµQZ'ÁŠ:éŒÅ‚«‚C¢ìwÙkÒD=ZYğÆtäÀÒŞÚ„'šóAÍ!Œ†ÿíû4²á/$Iå¿iLö4ª#NÓx¢:Ä„«";DÅlÄzÆm‹WD}PG‰==†òÔjIx‹hDÁCˆ°Â�@F´ÙN�hÆø€)ÂİÙö0wqÃ;£ìPò9ÆšD7,Çuļ†µï‰í茑ÿó@vïM͇&eGcÕ9“òv`ş0 �c‰ endstream endobj 370 0 obj <>stream H‰¤UÛNã0}ÏWÌ£³Ú:ñ%·BJi¡�¶’ ­*B[ Ë6�’>ğ÷;vJ”h¹4 HNëØg�Ïœ[á¦Xݦó¬°(Òùır3«›E¾†k+ŞŞ/�K°�ó¼XnÀJô¿Iz·ÊÒb•gpxØí�ñdğ€Ñ€w©çã”q`.6Kãêdû,é&†uÛp÷lXIbcÔ–�ÜâN©v F]’…A˜™ü1ú‰q±/lNØ6•¢;¸şÏr��õ�2IşX—e°LË¢¸ypP[€äg5MÔŒ��šm®�¯ +ZÛĞË‘Ï�Ø{´Ú'LZñcš)¨ašİYf�ilZ££¨‡Œª#(zNà*í|T­©*CÅ•¤® �/Ásê*Ig$1;œDãÓĞdš’Œa0=›�L—@dv˜Mb³#ÈP-õ¬ŞÑWÃå ìá�pb^'§¯yŞ‹÷µx�*µû#¼�0##³ã”¼ÎÂq«#d×oMN¸>õ¿ENx¬�°“ùRë‡g±¢)%9ŸÀt­IJ´¡Ëë!NÂò¸¨=åç0êù%ŞùxXz£ÿ8̯ë4à*r¥•†Ó¨½k¤GmVCı‚m» �ç4}2Fã/™˜{ ¬R}]1ƒs5N ‹ğeµtÃ8Rsq{G•Ş·.Ÿ6r¥YuM¯¬ğH»±ª–×Vö_ï9éîzkÙ{¤#¨Ïß:ÄÛ±V‹] ¾o7-q¼jÊÊmÈR”p�-î^)ñ’nбŞlò�n†8+Ésš©èf“ş]©•jHÛ'Õq¨ßŒş~›û²UˆŞŞ'x»5ÈO$®‹'Û^%’J¯Û£lG°Uªh9¶(ÙÚì n}4˜�Ê3=šx¥è/+Ğm°Ôy…U’Şl¾ÊNKª¸¬F•ülß8lŞÄ˜‘ãôAUP™¬"}ş´t*­İ¶FÅƧŒZ‡ [2IË endstream endobj 371 0 obj <>stream H‰¤UMoÛ0½ûWè(‹bY²%E�õã°a6ÄÅE â&n7‹í ù÷#%%u²®u¶C>$Qzäã#II˜?7yğ-øD$"I–²H-ÙÁ÷3R—y0ÎsNxLòÇ N"&Q‘b\’|ÜÓ�s³ G’òˆ~jª0¥°ó�Æ—on¯�¬MMÎÏÇ_L='´œ…ãÛ«O×D‘‹‹Ëk0ˆ/¸fé!şrW—áHĞŸE(é>MÙ¾ _Ô£»‰÷@Ÿê�â,KzPãI|'Ôìd uÔ¼ ÔŠG§‚阥¢v²4„NŸ¸§·�ŒS³À/ƒú ©¤îË.gxPn $Ô h‚;ö¦Ò,íMüÛš�šâüÄà“8e©~-øLÇ;0kûWŸÄ039Üu�'X’Z0‘‘Ts–h_’aB§MUÉ¢jXôÔ ÉæîaƒÒyïá?hùŠ!8Ç“�ãœÌ-™’’¤)gJ+t�–ňöxö é"ÀcŸÃ=¤d‰W_ş¼&á(Ó´³¿��ѪÀ…¢MÚ½áŞÂ�¯Šp¤hıdf¥ÛXbG™—¦E£Úíµ›p¤í­º1¡ Ë�9�éÖnÎ�Ù´4pŒšÆÕ¬¬\Hºì@Òí½ø\YÜ�¦ÙâÅ� İ›¶Œ¼¤p«ÔŒ÷Ø ;vÿ�6hëÊÓ6ÙyZt)ª0ζ«·Æ­·;¯ Ïb±â.ƒn×Í�UÇŒŠik¡¸KDÚO¼ö\W¶}×…ë#…™¨¬�=q—zvÒo5÷rD§¶÷O]_Á м\üUÀDšâP€)…v¯q)$=.ÿƒJ‘²ÌSym ¹2+ğCd/íe3¨(�`¸’Lg0m±�wñßóÓµ€*#îOgHËÚJÉï;‚7Ö7 Œ/Q„V–xhb£IÁ GõYó2ÂÄøÊ=!âAÃüØ•±„÷#~{Ìì#�Móc4 Zæ¯m‘T�Où¬\¶³-ºÒk¢)@š¶–ªnå*è�ü` H‰VG endstream endobj 372 0 obj <>stream H‰¬V[o›0~çWøÑT�ƒmŒAªúĞ‹´M«´ªL{˜ú@¥”KàIı÷³¦!½LÊCDâsõw¾ó‘ø‹s;·Nèéû(`Èg’ğQNBÔeÎÉóÛñ�‡DÏG¡ÏÍñ�Ô8±¶äÎ:�¢Å»LœPÅ©ó×Y•¸>.Ui rW”ExèÜUˆá¤O\�˾ ÆÄ�µI웬eضğ�bÕÚ<¹»ŠÀ·ÎàDâZ?(ÎL�Nµ‰+ñXØ8Ú H[%�6¢×’Êæßd&d€Tª´aµJjã¥#‰»’:Û}ü A/ ò8záÁ«Ä tÑZ·!tŸT©à;�ğg—rÜkÛÔÊõÍ%Òı¬ïÚ¤Aggë¯I“#œ5«ïwîúæòób�Ÿ_\i·º¢QH<1ë ŸºñÓÇ‹tªÆTc%TΫ![íö 4Tó™ïAÙgzòz� ¥œOt( œmÖ¹o¶UöXğk) ‰5~é�š¨WîŠOÁ‰!^j�§l;— ¦Fñ32ùšC"b$: ‡D$ˆØßÂÎìC“7б+Áh„o`Ó y{Òš{v•YSe�Òb0×(š'ó0)&K��8½^? ²–wİX˜Şf y\>°QXè8¥^wpÖ�¥°�ù$!&ó3tû!Œ2"ŞŞ.29’!%’�H¾ÏJ§IÃ�šŸs¹€#‰¿Üà&Ù)†bsÊS4¡ ��!y®PÒ¹o� ÛÔÂm~— J‚p�Ó]ƒ„à¼Âò p� ì8"&I"Û�•M¡•Tx#³š\Õ­ªfw×@pĞÛ)ظ$ã·àE÷ÇpØ°è¥óC4AOR+༳tV«¥5ksÒh*_ r<`DîZÁı§¨ú‹ÊIğ½›Ã‹¥;ä�bIá0$¡œßs‘šóˆ^ÎûÃ_âçI•uï0Òâ…cÓ_�CPâ‰÷Â'Ôöؾ»î§èß ïF,y[3ıÆ÷Ú UPHgøV®ïÑ_ LHS­ endstream endobj 373 0 obj <>stream H‰¬V]OÛ0}ϯğ£�'şN$Ä”I Á†Ú$´‡T mÖÖíÒThÿ~¾NP�µx©çúúœsϽiq]ÑåÍŠî¢ä~[Ztzš|+íáÊÆ÷$¹¹¸š nĞÙÙùÄ…ı�R”"•kšJ”I�š*úy‚lt^¸7ó() �GÅSÄÓŒr…”’”1TÌ"ŒHñ.¼;* 4Ëiñ¬$¯Ê5"1g9n›’(lw%x¹«a—sÜn¶~Åğ~ÛÎáܺòOÆ-V>Ͼ&±À}ÈÆ®ü£­Ü«~o·èS¥x ÛÍ´$ïê]wîwqİ‘Ê$5R"%ÕIn¨È vO'Ç�~I%S*zÒÏÑxº«[KÜ¡ëo~»~õì¥xY@ñ—TŒ¬÷+ šÕhV6Nóm+[ÂîzZ.JĞ¢m³qu˜í—_ÜKĞ{Z�¤Œù“á ¬!ÂtËğÓ€¬öZ#[æÌ$gÔd#f‹Úz€sg��i*Ò�›�…ÕPÓ°†�ÊŒÓí…~mLî¼øIÆ䚪şòAAéÅsØlÉ4•|p=�ô¾W0ÔŠ¦zDö0y„Êñ×—†hŸËn^Àîí†ÄS&u2¹‡ˆÛC)�|JQɆ\ã ù©r*̈Ä͉3|E˜ÀÉ/çøÊ­5NxÊ}°�H[Ò‰Ñ�¶…r@Vƒ¿»k«şÁëãæ+ èo=û9;ósÖÍ�›¥]Ø+c³”¦ŸdlÆ©éAÿ lMmw5ŒÿŒu`»QUÃ'gq„ÛEˆÿ tÙ SØÀ`ZøY~HÓ~°idh­©éØÕªÒm}¿3(TĞŸ”�`,G ¥¹órʆÚv_Ú°~äT«aªÀ¶ÖT³7úöß@øÑ? B;‘Ñ ¯Ea endstream endobj 374 0 obj <>stream H‰¬UÏo›0½óWøhWÂÁ¿°-U=¤íaÓ*5 ÓÕT¡ #!Y‡ı÷ûl µ[²!¶ùŞ{şŞ³§÷(øD(BÊÆ4’ÈH�öYğí•Á4�™e0I�GÉ[ "M¹FŠqªJÁ®Ëª&!c¸ ß“ÏÁc<>AÑY0™ïÒİŞN¾¤åᬿÎÉäéşÓİİM/Å’jÕÃƈ$?àì²2Æ}ß—°ÉÖ)‘¸¨÷Sş]G¾èD˜1",£Â^/Â**Ô@DµO‰Âå!%‡ü‚fØ:$ì"»Z†”œFñG½X×gÛ £1ôµ�äo€?ğߖ뜄— TmEÌî•I¨ ’\;0A�«ÿvs ì±”¡¶aXmw­€ó —lÄ�1H¾ä=ÌL 9·øÙéÍ\rÜ£‘_ù§�S»*/ıPûo“m^İê}^xÛ¶ÃK÷Åæ5%¡Æàg} ãeñˆ|Êz4.e ™©�f8íüaWG!ƒ³£íÂk#¿�H7%8®¶;ÿ5vÕÙ(©Î{L~,µó ¸Tş'ËEÙû¤6}•¶ï~Ùyk�QÆLDcÕƒ×DÔ¹0_¥.›{¸¶b| –*1å2/ꪧ¥pª®·Á­p™ƒ ;Ğ–�†p”YL�h(Hh±?cNŞîuÙ(DãHÃ¥Ø ­Ú“Ğ4qî.·oÿò@pÂxèE¾îb Ä»064ÖˆE–ê+ݨ!æ-ÃC´µ#—£t3%1 ÏŸ†ä>w™\ѽWø˜SÒJ*U�ØѳçĞD‡æN�İšfFv3L1*cX*¨…[KÅ`›/ÿ ÎÈA¿ Ï2AŒ endstream endobj 375 0 obj <>stream H‰¬VËnÛ0¼ë+x$‹–DêUšÚ4 Ò *r(z�cÙVmQ®dÅèßw—¢l‰‹ØÈ!_»œ�®¬¬óÄrÈÔ&‰K\�$+’<”’Hğ@�dlı¤7é*%7 ³%UÌô™Iš"ìWòͺJ¬«»b=XÃÇeªÈééğ6USB3eÿxdû‹ëK"rvv~ ÇşÀuñã€;’DR�*³�Nˆêñ×w9ö�|mæMA®™+h½`¶ëÑ ’T)¨ªS&è¼Îɽ‚m�æ*f‡ô‰Ù>Íàì¨ÎWXGöğù¸C�\ø�D9%,ùıNª¢îB}v/®ø]Ç|ç ø�¼0àaHDìsÏm‰ÿ<ªWĞ—¢ô«�»‡C² 佬¯Hù�´°İvpéI"BˆŠ‰ô|îBBÁ#¼iròfõ™êª÷�oscÈcc»/h®"#LxtU.*ãfáñ8ꥥ¶)ÿÀ4�wÑ5Ëš0/¦3fÇú=¼ Ñ¬CG¸„3”­Ä‰©"íN€ªv¤§íãÑúæøÈKY½µ]|Á×#èß6v–®ô G !mêS,Û#™âÛ«* 0ÏÆúö²�87¢£.OjÙŒyÛ_ ‚#\²åÚô%€�Ğ àѸï„C$îRIîïU ¡W ‘å„Ùİ°í‹´¼jAB  l÷¦ºFäÖÀ"xÔeL’’!wŸe�I¨Êf:À¨¥¬�]#®W]ë ÏHêì—{œõ¤qw‡´Qç¸:İÇ­`šAny’f¹�•KCéPİÃÕ‰eȃ’:±0hµÍlÏ�àká¿aø�Ş×¢ãG£ÊXHÍR^ëÏ�™¥¦$Ô34ÓâB×5�—t�'`>Y”k¸¨}-°·”à߸Ö+ ~i�²mê¹*×Ê@޼díͲ­Hç¹:αä�·CÒtS¡và+i¨ñAÒ@'ó;iö šMnå;¶Çú#²½øÈÇÜówğ7¨Î²sÏ�b:­Ñ}ızfš”¨n…ÿ cˆr¢÷`¡Im«tÆ í#2¦2¿ŠRl5EŞıL3‰oÒz`âtİ¥{ “ K§Iº endstream endobj 376 0 obj <>stream H‰¬VÏ�¬6¾óWä�)ùA×J­ÔŞ*!õPõÀ,ÌB5Àl;zÿ}mvX½½¼y{Xm°;şüÙ�ÒgÓ*yÅŒ²ÂULjQ2ß%ç/ÉK’³œ•¹a¥Ñ(şû›’_kĞ<'¿ÔµbR±úœ”»+%œfu›üÃǵ›ÔğKÓ³4“¥ãCÀC¥øµ¹‡ÒLñátI3ÍQF†_§KBüXúΧÅQM~T®xs—]ı|M3Ëç0,ifø0OL¢¦N(…PÓs”iÉ?꾃¾K?Ïè…�_÷p>ïûßúÏä·:ùë-ëÜ õI 楨"€¦üø?„&Í÷ßX*5_fpO~:”Ş@¨(ü€sΟf%á3ÁEMn–ó@\À`$[÷d5„a#İ0±æ)µ¤�}‹€�ÍSšíu «Û°ôìF·h2Íå2ß:×F?w¨~ Siáʯşï7VXûÑ¥‡"JHòø¾ŒªRÂ|NUUù} ß”sÀ·�¥ܘm p!²hèpº'{臀 nWrş²’;ªæÒ,Ãkİ�&Xñ¹İM©F[ – ÕDS*í%öDzÏ ºtÈ�~^Ö.|E:} ™+…¬ 9i���l‰¨WZ Uü$¤¥zïÌeì.Ğ6çó‰àñ¯;Q–˜ÛÒ±%p0Õuì¦åh*ØCTUΊ²:¼í1ªîhRü°÷óï–˜àAük„ÙŸ u.*>6m·�(Hò´�B$¢Á�Ø4XãÈ+èxr`¾ÙÃÔ€Kgh_4ú ĞÖ`¢ŸÒÖ‰"f9Ÿq¬JÅ$²a��ãˆv€¢‰„ÉŸ·Êo/ Ğt¾FİJ "ßÀlœ6Ğš8D�‘Ë¥÷3’z}îã5˜\–Ÿâşèâƒ.µ¨ŠCŠ<{„ºt¢’ï�:íĞ„8_éÉó´�� µû†yèçkˆ° :äé—6—*$®~írQÈcY�¥õÆ g²ê…~ûepö 4r;3ÀnLªm·ÍŒß°¯Ûu_YHR�ÂO†Õ?ñiİ„İXÅİŒ™�wÓ&•†»{„m¹BŸÂ¿^7ÌHmª£XcáÁQ`ŠB({ÈóÁ­µ‡ëÜøØ zç ®ÛFˆ�7™vø [¨ÔT7eöµŠ7eZö¿ C'RD endstream endobj 377 0 obj <>stream xœí�ëu#7Ò†‚CøBp(Ál�À18‚�a#ğ/K�ñxH‰¤.%‘”H�$Šê¯‡íi¡�ªBáÒM�ú}Îï�[“�p)TığCCÿ÷ÿ÷Ÿÿüç�?ş( ‚¾[ ƒßÿı§Ÿ~úAÔ�?şøÛo¿í»±A9õ¿ÿı¯œÎ‘Ğ+©Xâqß „ ʯÅbñË/¿¸Ğ+ÿ}ßMƒ jQ&úÊ  APôóÏ?WÜ+¿ûnAP*çx?şøcɽ}7‚ ¨;ışûïàA½R5åÛw+ ‚:Õ/¿ü²ï&@uªr©»ï&@u*æBÔ7�{õMàA}¸APßîAÔ7�{õMàA}¸APßîAÔ7�{õMàA}¸APßîAÔ7�{õMàA}¸APßîAÔ7�{õMàA}¸APßîAÔ7�{õMàA}¸APßîAÔ7�{õMàA}¸APßîAÔ7�{õMàA}¸Aоô×ñq�æ77Õ?n6Ïõ?~üğ¡�z[âŞàóg3Uÿø²ÙÔÿrzrâ>u~vf=X¥‹‹‹*ÃõÕŒÌPWQi½^k²åê]��¾|Qæ¼½¾6³==>šŸ¾l^¸ª�6lÚ0�|i>åı Uquø !u¼�¬è^W~©Õ�gm'2ëC³1k&Û‹ïh¾Ä¯áïÑüô¯-[ò¢�Êù"Öë Ü+ܛߪ*�îÕ:Xîıø©õè<ÈıLo©*ì—Ô•�^Íxe²=ù^Á™¢® ¸'êûâŞıİG’ÇÇG¡o-yå¾nñ½÷¼…�ÇrÏıQss§%UÅJÛ‰ÌRvpå{×ì£orÿ4€{¦¾/î=~ù‘ä¦I.Ûê>÷ÜóJó¹ÕTä®9¬©*–ÚNd–²ƒäÕLwŠºHàp�Ÿ€{‚Zâ^9[ãHrzzj5:=%³]^^fï¸ç-„”»M§¬Èݼš09ÉiÏ­¶™¥ìà¥ï<²�¾Iø›r¼-şò5Ü‹S[ÜãI2hîİ�1E��œ:Õ¦öÜóBJ^‹•ÏíÛ’{e3m'2KÙÁ‰ïh^Â9_ÈÇ×â_óÀ½8í�{WÓ©&[–Ş�{ŞB"ê *ŸœÀÌö~†” æ7Ğ>û^�f‡ú„/¤ühêm¸¥½sïöæÜ«´î±½‰ÿuÛù™*H›Íyh2Ûğ‰Ïö—hŞ£|^ÙÇÏw;róÀ½8µÈ½R  İ-à^¥ï”{ü„ˆ~�Ô–Ê™a§#JÊ6Èã¯|–ÍŒ™nõ Ü›ƒ{¼Úã·qW¦íæmdV+p¯ÒwÊ=¹*}ÃÜœyŒ8e�Åœó9óp�œœìà^µÇ½›ëk&�u¶ÍÓ“�Yzîy ‰âŞS`#õ9ÿÖv"§¬7¹ÃV©mî=(÷âÔ÷VüDnuoş)c-^Ld0]–uÂÂ-6‹ö¹Ç =î™…Xén±ÚÀà1CïÀ=O!<÷şâ·ßeûòî g©íé¹Ù’“Í{9Wó ä˹ÜÛ ÷ÒÕ÷ÜÂß`rs£É¶œÏóöÜóÂsï¾:�ÿ–ïLºÃ·§=Y7G‚.Ö)‰Të.ê ÜK×^¸w5�j²]7™“Ş;pÏSÏÁÌL¶.şà<Ô�îe�Û½ì�«Dül]DF‚{éj•{Ü´³IãºÇœiòU5pÏ+%÷„Ÿ¹pâYPÀêN÷ºn¶„kÂ'ßøƒÊB8�{éj•{×Ì‘îÉphf›L&d¶ñxœ·wà�§�{Â5Ò‘XşÔy�Û´;îYs0¶µ>£eù˜[Sû”ù%÷¢Ô*÷¯,f¶Å|Næy{îÉ…üÉsoÎWGŞ!­ånai¶ë÷Ƚ‘ˆ‹Zòà+[W¸—®V¹ç–Oroßüæí¸'"pOpÉ"oà?;r¡áŞ?à¸×÷šnEÁ½â°¹÷ÀWwì³6±òkÌq÷È=ëÂ,'p¯ ÷¹g¹å²•-yI¸µîy¥ä�;mÓ×eeæ¼q’%wbòĞ&åu’ìı[PI(Axûà^ºÚæŞ©Î­(‡�ÅN¹zîÉ…Ü“ÍtƒÚÉyı“ºÒ½«yM×n|ƒ¯\¨%(ı!Ü»÷xµÍ½‹ós2ç°y¤;�Èlg“³2åê¸ç)„Ÿ¥�şRâ¸Çİx%¯„tïrYÓµ‘oğ•_Y¡åı8p/NmsovuÅ!ÅÌvyqÁe$ìò�{^)¹'W'ËZ9r®æɨm‚[€–¤éškŒm%Ù–»’<…bÉ™Ù>b�¥¶¹§(y=cãí‚{UtÌ=ù>™uR0d²‘WBR-8ÃÕh Ó1yä�t…ä0”Êb/NmsO(ifãLøÀ=A‡Ã=yî³nŠB^ Ü·!ëp^ñ½ÜÓDŠ�Ö¤Ìë\Qmso}¯r+z·\‚{ß/÷æb§L˜ZÈ+!­ü–xY—s9êz¹§ş¸§Ğwʽ-o“ülÿ²^KÜ‹�!îy•…{ö[oÊ�È1cFrà¸[|Ö­:îxÂË=M«İ|Ş!rk÷âÔ6÷Ü*ê´º{Ûyİnî=:˜Šë¸ç)$–{òŒÜ�È‘âL£»Ô Ùî4ÙË=�„CaÙá*¸—®=roÑt¯'pïşN³Oìï¸ç)$–{rS݉)î|³KYµÜŸÛ,Üœ±ÅÍœƒ{QÚ#÷®gךlešßFšq�{^™�È·¤êÄuÙJÇ=®Š.u¤¸¬!;IÖ·ù˜wÆ"»ö÷ÒµGî]꜔‡ò÷Ü“ñp/ÊiRAl¬+*MÕY<Ì»u™Iö·ÛàŸ ÜÔ÷&cƽިá¹MàŞÅ¹üPÛ;pO.Dæ�l¬+hã<È9oÿ.¸'Ûİeá�¼­£äŞ ¸Ç«îÍuîõΙme�FF�÷¼ÒsOp5/WçŞqãæ3ß÷Üe»•4‘5ܺÌ$›ÿ�{éê€{›çg�*f¶6LøÀ=¯ôÜ“ì.¯èrWÕŠ{¾n}#¯‰¬!cGî´’{Xç ê€{n-$Í�ø âà^hmpOş½5•{�Å=)W¾‘×Ü)�‹…È^¬À½tí—{åTP“ Ü­¢ î­óq�»ÿEF'ïRf½ÜÕà‰oä¹İK}!úF‚{qÚ/÷æj¾§GÍ•Gm½àYˆÌ=Ù~#¬©Ì°‘®¨º”Y/· ù9ÇÈGjîaOP7ÜãÜëMšÓN†C�?7ÍPãq½÷äBB=ÆÇs�ÉOº¢êLØ9gù"©iä†S�LÁo¸'¨î îõÌlÓé”Ëw¤îyÕà�ï R¨N¿%%4o@åì솮eodd̽„À½tuÃ=Á½�™m½½$÷Ü“Iá�şRhޘʩU‘AO"(jÉÃ�YÜ3õ]sOp¯'·ÜtPÜ“Ãd+›Gºà“�šfÔ:÷äh•¼–ϲÀ½tuÃ=Á6On¸'hÜã·¶¸è�•Ü˜A¤.©Nu¶Ãw—ƒ{#ö¹7-åBBvYÌ6¸ç|OÁ½¸'¸×{İ6^3¸·Gîy/| Î[«$_­ú¨» qMuJ�If”ºâãí^œ{w|=½÷äB¼ÜB¾zŸµò“·ÀHî¿õX™•¶QÜÓë{çŞüö–fKÓûès, B†_U÷¼ b¹å~YrkçTÒ…;ç¬/»ÌJ¹Ã…¶¹§a‡™_°î÷uƽg޽�Ü$!ghïÀ=¹/÷Èù˜²F+3¹�$]¾hÜxf‘Yi{‘Ôd·6³gp/]�qϭܳtøÜ“CêÈ*7İëé"}/†Kó�Ò¹'�¡æÜK×!pïááA“ ÜÓWÑ÷R\ğ}j˜r³8·X!4vFYwfÉ÷ê� ù§Â²^¾œËÍ3M™ù±¿§.¹7Ğw1,S�{ë@ÓepÏ« åJe�5 下n±ÜÕ‰¼²‚›“¬•—ù2…j gCÊ·fæÇ|/N]roÂé�‡f6áªÚU )¸çUFîÉioš"8š%wâ�Å2É&%ëì’ærî ¸¢wÀ=¥÷Ñ>›r7´wà�\H"÷äe÷M7SÇÌÈ¥ô%E§ îy�h.禄¥«î¥«Kî)½�Şñ&|ƒÀ->pÏ+ó.Ü�²R. E¥²E3[öŽŠ¶Í}c®™™�l�*™�ølà� .¹§ô>ºå�·€{Ê*öÂ=¯¡İ‹gy$Eºm§àŒåCxÀqp/N]rï�ŸÈÉ­÷B«Ø÷ŸH•VÌ=M�ÒTMİNÁwë0¼©à^œºä^I/-Ò÷¼ ªQ®Ôk£ `qÈÜ“ıæ¥GÖàl…„ßÃÜãÕ%÷^_جå}t8p9ËB¢{îÉ…$rÏ»=eÙ��.Y™{²*¯g²"3)�À½tuÉ=·º:•K`3Ûè”�·; îy̽„À¯ÖUÒ5Yl–Ëš�È}Óy*2Ó<¼p/N½å¢aÀ•_¦õ}€ÿ]pÏ«Pî‹Q³em›ÕÍÕ�j;Ć5åV¬ò€s®«ô…x=-»%€{q:îİ4ñ"x]¶W¸GòQ‘_Şã ª�ÜÎ"çTm»š·ÜAs+VyÀ5WÌH‡ÒuR®dÌG„s pOĞ�pozÙ0u¼.[„Œ«Ü#ÑpO±Ê=r®ò�*_Z”.Ë–˜3ÈIp7Έæ‹!4Ü‹SÇÜ;99!œŒ»#B¼İéTsˆî¸'¢ùâÎòq�<ÿıD•©íM¤¬poä_ÖÄ`ß•ä°DÊmLó‘!Ÿ ÜÔ1÷®¦WäƒÃ¦÷чՊ‘EÈ Ş�{r!š/nâµzo~ÒF.à•‡këL2Iç·9üX

YOGYAKARTA- Kajian jelang berbuka di masjid Islamic Center UAD pada hari Sabtu (30/03) membahas tema tentang hukum dan Islam yang disampaikan oleh M. Habibi Miftakhul Marwa SHI, MH (Dosen Fakultas Hukum UAD) selaku pemateri.

Mengutip dari Rene David guru besar hukum dan ekonomi universitas Paris, Habibi menyampaikan bahwa tidak mungkin orang memperoleh gambaran yang jelas tentang Islam sebagai suatu kebulatan, jika orang tidak mempelajari hukumnya. Kemudian kerangka dalam Islam itu ada 3, yaitu akidah, syariah dan akhlak. Akidah berbicara tentang keyakinan dan keimanan serta bagaimana tentang ketauhidan. Syariah adalah sistem hukum yang ada di dalam ajaran agama Islam. Syariah merupakan kumpulan norma ilahi yang Allah turunkan kepada umat manusia. Akhlak secara garis besar adalah sistem etika dan moral yang ada di dalam ajaran agama Islam. Antara ketiga kerangka tersebut terdapat satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan. Islam memiliki kumpulan aturan yang lengkap hampir bisa dikatakan setiap aktivitas yang ada di dalam kehidupan manusia ini Islam memiliki sistem aturan. Aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah dalam syariat itu ada aturan yang mengatur terkait tata cara beribadah dan membangun hubungan dengan Allah SWT. Islam juga mengatur tata cara membangun hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam yang disebut dengan muamalah.

Kemudian Habibi juga menjelaskan terkait perbedaan syariat dan hukum. Di mana syariat itu adalah kumpulan norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT (ibadah), hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan sosial, hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan (muamalah).

Dan hukum merupakan suatu kumpulan aturan yang dapat dilaksanakan untuk mengatur atau mengatur masyarakat atau aturan apapun yang dibuat sebagai suatu aturan hukum seperti aturan dari perlemen. Manusia harus di atur agar manusia bisa hidup tertib agar tidak terjadi konflik. Dia juga menyampaikan bisa disebut hukum apabila memenuhi 4 unsur yaitu ada aturan, ada yang membuat, bersifat memaksa, ada sanksinya bagi para pelanggar aturan.

“Kedudukan hukum dalam Islam saling terikat karena Islam menjadi agama paripurna yang berisi aturan-aturan dan yang menjadi sumber hukum utama dalam Islam adalah Alquran dan hadis. Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin hukum umat Islam.” Terangnya.

Dalam Alquran memiliki kandungan hukum, seperti pada surat surat madaniyah kandungannya berkaitan dengan hukum. Ayat-ayat hukum di dalam Alquran ada sekitar 368 ayat atau sekitar 5,8 persen dari seluruh ayat di dalam Alquran. Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin hukum telah meletakkan hukum-hukum modern di tengah masyarakat arab yang masih jahiliah. Nabi Muhammad datang membawa perubahan terkait sistem hukum yang ada di Arab pra Islam. (Ekha Yulia Ningsih)

Pernikahan dalam Islam adalah salah satu institusi yang paling penting dalam kehidupan umat Muslim. Menurut ajaran Islam, pernikahan dianggap sebagai ikatan suci antara seorang pria dan seorang wanita yang saling mencintai dan ingin membangun kehidupan bersama. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa aspek hukum pernikahan dalam Islam.

Sebelum menikah, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon suami dan istri dalam Islam. Pertama-tama, keduanya harus memiliki kemampuan untuk menikah. Hal ini berarti bahwa mereka harus memiliki kesehatan yang cukup, kecukupan ekonomi, dan kemampuan mental dan emosional untuk menjalani kehidupan pernikahan.

Selain itu, dalam Islam, seorang pria dapat menikah dengan wanita Muslim, wanita Yahudi atau Kristen yang hidup dalam lingkungan Islam atau agama lain yang diakui oleh Islam. Namun, seorang wanita Muslim hanya dapat menikah dengan pria Muslim.

Proses pernikahan dalam Islam terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah lamaran, di mana calon suami mengajukan permohonan kepada calon istri untuk menikah. Kemudian, jika permohonan tersebut diterima, proses pernikahan dilanjutkan dengan upacara ijab kabul, di mana pihak calon suami mengucapkan janji nikah dan pihak calon istri menerima dengan mengucapkan kata “qabul”.

Setelah proses ijab kabul selesai, proses pernikahan dilanjutkan dengan akad nikah, di mana pernikahan diresmikan dengan menandatangani kontrak pernikahan atau akad nikah. Akad nikah ini dilakukan oleh seorang imam atau hakim di hadapan saksi-saksi yang sah.

Dalam Islam, suami dan istri memiliki tanggung jawab yang sama dalam menjalani kehidupan pernikahan. Suami harus memberikan nafkah dan perlindungan kepada istri, sementara istri harus menaati suami dan membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

Meskipun Islam memandang pernikahan sebagai institusi suci, namun dalam beberapa situasi perceraian dapat terjadi. Menurut ajaran Islam, perceraian dapat terjadi baik atas kesepakatan bersama antara suami dan istri maupun atas permintaan salah satu pihak.

Namun, sebelum melakukan perceraian, Islam mengajarkan bahwa suami dan istri harus melakukan upaya maksimal untuk memperbaiki hubungan mereka. Mereka harus mencoba untuk memperbaiki komunikasi dan menyelesaikan masalah yang terjadi di antara mereka.

Islam mengizinkan suami untuk memiliki hingga empat istri, asalkan dia dapat memberikan nafkah dan perlindungan kepada semua istri dan anak-anak mereka. Namun, poligami dalam Islam tidak dianjurkan, dan seorang suami harus memperlakukan semua istri dan anak-anak mereka dengan adil.

Perlombaan atau musabaqah telah menjadi bagian dari aktifitas manusia sejak dahulu hingga sekarang. Berbagai macam hal yang diperlombakan di masyarakat. Terkadang perlombaan juga disertai dengan adanya hadiah bagi pemenangnya. Bagaimana hukum perlombaan dalam islam?

Musabaqah dari as sabqu yang secara bahasa artinya:

القُدْمةُ في الجَرْي وفي كل شيء

“Berusaha lebih dahulu dalam menjalani sesuatu atau dalam setiap hal” (Lisaanul Arab).

Maka musabaqah artinya kegiatan yang berisi persaingan untuk berusaha lebih dari orang lain dalam suatu hal. Disebutkan dalam Al Mulakhas Al Fiqhi (2/155):

المسابقة: هي المجاراة بين حيوان وغيره، وكذا المسابقة بالسهام

“Musabaqah adalah mempersaingkan larinya hewan atau selainnya, demikian juga persaingan dalam keahlian memanah”.

Hukum Asal Perlombaan Dalam Islam

Poin pertama yang akan kami bahas adalah hukum asal perlombaan dalam islam. Sekedar perlombaan, yaitu bersaing dengan orang lain dalam suatu hal dan berusaha lebih dari yang lain ini tentu hukum asalnya mubah (boleh). Yang menjadi permasalahan adalah ketika dalam lomba tersebut terdapat taruhan atau hadiah. Adapun sekedar lomba tanpa taruhan dan hadiah, hukum asalnya boleh. Karena perlombaan merupakan perkara muamalah. Kaidah fiqhiyyah mengatakan:

الأصل في المعاملات الحِلُّ

“Hukum asal perkara muamalah adalah halal (boleh)”.

Selain itu, para ulama ketika membahas masalah musabaqah, umumnya mereka mengidentikkan dengan perlombaan yang melatih orang agar siap untuk berjihad. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:

السباق بالخيل والرمي بالنبل ونحوه من آلات الحرب مما أمر الله به ورسوله مما يعين على الجهاد في سبيل الله

“Perlombaan kuda, melempar, memanah dan semisalnya merupakan alat-alat untuk berperang yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk membantu jihad fi sabilillah” (dinukil dari Al Mulakhas Al Fiqhi, 2/156).

Oleh karena itu diantara dalil tentang disyariatkannya lomba adalah dalil-dalil yang memerintahkan umat Islam untuk melatih diri sehingga siap untuk berjihad fi sabilillah. Diantaranya Allah Ta’ala berfirman:

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi” (QS. Al Anfal: 60).

Dari sahabat ‘Uqbah bin ‘Amir radhiallahu’anhu:

سمعتُ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ، وهو على المنبرِ ، يقول وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ . ألا إنَّ القوةَ الرميُ . ألا إنَّ القوةَ الرميُ . ألا إنَّ القوةَ الرميُ

“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkhutbah di atas mimbar. Tentang ayat ‘dan persiapkanlah bagi mereka al quwwah (kekuatan) yang kalian mampu‘ (QS. Al Anfal: 60) Rasulullah bersabda: ‘ketahuilah bahwa al quwwah itu adalah skill menembak (sampai 3 kali)’” (HR. Muslim no. 1917).

Imam Nawawi ketika menjelaskan hadits:

ألا إنَّ القوةَ الرميُ

“Ketahuilah bahwa al quwwah itu adalah skill menembak.”

Beliau menjelaskan: “Dalam hadits ini dan hadits-hadits lain yang semakna ada keutamaan skill menembak serta keutamaan skill militer, juga anjuran untuk memberi perhatian pada hal tersebut dengan niat untuk jihad fii sabiilillah. Termasuk juga latihan keberanian dan latihan penggunaan segala jenis senjata. Juga perlombaan kuda, serta hal-hal lain yang sudah dijelaskan sebelumnya. Maksud dari semua ini adalah untuk latihan perang, mengasah skill dan mengolah-ragakan badan.” (Syarh Shahih Muslim, 4/57).

Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

اللهْوُ في ثلاثٍ : تأديبُ فرَسِكَ ، و رمْيُكَ بِقوسِكِ ، و مُلاعَبَتُكَ أهلَكَ

“Lahwun (yang bermanfaat) itu ada tiga: engkau menjinakkan kudamu, engkau menembak panahmu, engkau bermain-main dengan keluargamu” (HR. Ishaq bin Ibrahim Al Qurrab [wafat 429H] dalam Fadhail Ar Ramyi no.13 dari sahabat Abud Darda’, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ 5498).

Nabi shallallahu’alaihi wasallam pernah berlomba lari dengan Aisyah radhiallahu’anha. Ia berkata:

سَابَقَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَبَقْتُهُ حَتَّى إِذَا رَهِقَنَا اللَّحْمُ سَابَقَنِي فَسَبَقَنِي فَقَالَ : هَذِهِ بِتِيكِ

“Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengajakku berlomba lari lalu aku mengalahkan beliau. Hingga suatu ketika ketika aku sudah lebih gemuk beliau mengajakku berlomba lari lalu beliau mengalahkanku. Beliau lalu berkata: ‘ini untuk membalas yang kekalahan dulu’” (QS. An Nasa-i no. 7708, Abu Daud no. 2257, dishahihkan Al Albani dalam Al Irwa’ [5/327]).

Dan dalil-dalil yang lain yang menunjukkan bolehnya dan bahkan dianjurkannya perlombaan memanah, berkuda, dan melempar (skill menembak). Itulah hukum asal perlombaan dalam islam.

Baca Juga: Mari Berlomba Meraih Shaf Pertama